Minggu, 11 Desember 2011


MANUSIA & KERBAU
Oleh : Rev. Chandra Gunawan, M.Th (Dosen STT Cipanas)
Saya tidak tahu apakah judul artikel ini menarik ataukah tidak bagi anda, namun sebagian orang barangkali berpikir ini artikel kok iseng amat masa manusia dan kerbau dibuat sejajar? Semua orang pasti tahu bahwa manusia dan kerbau pasti beda lah…

Kerbau dan manusia memang berbeda. Manusia sangat berkeberatan jika disamakan dengan kerbau, benar tidak? meskipun demikian manusia ternyata secara tidak sadar sering memperlakukan sesamanya seperti layaknya kerbau. Mungkin sekarang anda bertanya kok bisa demikian?

Begini penjelasannya…
Coba kita pikirkan apakah beda dari manusia dan kerbau? Apakah perbedaan manusia dan kerbau terbatas pada dia binatang berkaki empat sementara kita berkaki dua? Atau karena dia kerjaannya di sawah dan kita di kantor? Pasti bukan itu jawabannya semua orang juga tahu. Lantas dimana bedanya?

Kerbau adalah mahluk yang tidak punya kebebasan. Kerbau tidak bisa memilih hari ini ia mau makan dengan lauk apa? Apakah pake tempe, tahu atau daging ayam. Kerbau hanya bisa makan rumput, itupun sebatas yang diberikan oleh tuannya yakni sang petani, kalopun ia bisa bebas memakan dan memilih rumputnya sendiri, tapi itupun terbatas pada area yang sang pentani ijinkan. Kerbau tidak bisa menentukan apakah di sore hari ia mau jalan-jalan ataukah istirahat saja dirumah. Maka dapatlah kita katakan bahwa keberadaan kerbau dibatasi secara paksa oleh pemiliknya yakni sang petani.

Namun manusia berbeda dengan kerbau. Manusia diciptakan Tuhan dengan sebuah kebebasan yang ada dalam dirinya sendiri. Istilah filsafatnya adalah kebebasan eksistensialis. Kebebasan jenis ini sudah melekat dalam diri manusia bahkan sejak manusia pertama yakni Adam dan Hawa ada dalam dunia. Coba saja lihat, bukankah perintah semua buah dalam taman ini boleh di makan kecuali pohon yang satu itu… menunjukan bahwa Allah sedari semula telah memberikan dan menganugrahkan kepada manusia sebuah kebebasan untuk memilih apa yang ‘ingin dikerjakannya’ entah itu yang baik dan benar ataupun salah dan jahat. Tentu kebebasan ini bukanlah tanpa konsekuensi. Ada konsekuensi atau tanggung jawab yang manusia harus pikul dalam setiap pilihannya. Namun yang pasti, manusia adalah mahluk yang Tuhan ciptakan dan jadikan dengan kebebasan, titik.

Kebebasan yang ada pada setiap manusia inilah yang membuat ciptaan yang satu ini menjadi manusia. Apa maksudnya? Maksudnya adalah tanpa sebuah kebebasan yang dimiliki oleh seorang maka seseorang akan menjadi tidak berbeda dengan kerbau dan teman-temanya. Bukankah yang membedakan manusia dengan pohon, gunung dan kerbau serta teman-temannya adalah karena manusia diciptakan Tuhan dengan kebebasan. Manusia berhak menentukan apa yang dia ingin kerjakan sementara kerbau dan teman-temannya tidak. Bukankah faktor inilah yang tidak dimiliki oleh ciptaan Tuhan yang lain, faktor yang menjadikan manusia unik dan berbeda dari kerbau dan teman-temannya.

Yang mengherankan adalah di zaman dulu ataupun sekarang manusia ternyata cenderung tidak menghargai dan tidak menghormati kebebasan sesamanya. Manusia menjadi mahluk yang suka memaksakan kehendak dan menindas kebebasan sesamanya, yang suka dengan cara paksa membuat sesamanya tidak lagi bebas menentukan pilihannya sendiri. Dengan lain perkataan, manusia di zaman ini memperlakukan sesamanya seperti kerbau.

Ambilah contoh… ada beberapa orang tua yang tidak menghargai kebebasan anaknya dalam menentukan masa depan hidupnya sendiri. Misalnya saja si A punya cita-cita ingin jadi aktor sementara orang tuanya punya cita-cita anaknya mesti jadi dokter. Lantas dengan berbagai cara maka orang tua dari si A ini memaksa supaya anaknya tidak jadi aktor tapi jadi dokter. Apakah perlakukan orang tua ini dapat dibenarkan?

Perlakukan orang tua yang seperti ini pada si A tidak beda dengan memperlakukannya seperti kerbau. Sama seperti kerbau tidak punya hak dan pilihan untuk menentukan apa yang ingin dikerjakannya demikianlah anak dari orang tua si A.

Mungkin sekarang kita bertanya, apakah dengan demikian demi menghargai kebebasan seseorang maka kalopun seseorang sedang melakukan kesalahan maka kita harus biarkan saja dia jatuh? Tentu tidak demikian. Kita selaku sesama manusia wajib dan harus mengingatkan hal yang baik dan benar, memperingatkan hal yang buruk dan jahat serta mengingatkan segala konsekuensi dan tanggung jawab yang harus ditanggung seseorang atas pilihannya.

Namun pilihan tetap ada ditangan yang bersangkutan. Tidak ada seorangpun manusia yang berhak mengambilkan keputusan bagi orang lain. Sebab itu adalah hidup dia dan bukan hidup kita. Salah ataupun benar keputusan yang diambil, konsekuensi adalah tanggungannya sendiri bukan tanggungan kita. Makanya walopun keputusan seseorang pada akhirnya salah, namun itu tetap adalah pilihan yang harus diambilnya berdasarkan kebebasan yang dimilikinya, sesuai dengan segala pertimbangan yang dimilikinya. Kita sama sekali tidak berhak memaksakan kehendak pada orang lain. Kita harus menghargai sesama kita seperti layaknya dan sepenuhnya seorang manusia yang punya kebebasan dalam menentukan keputusannya.

Oleh karenanya supaya kita tidak menghina derajat sesama kita karena memperlakukan mereka sebagai kerbau maka sangat penting jika kita belajar untuk memandang sesama manusia secara utuh dan menghormati kebebasan mereka.

Demikian juga supaya kita tidak menjadikan diri kita kerbau maka kita harus belajar untuk tidak melakukan sesuatu hal berdasarkan paksaan orang lain namun harus berdasarkan kesadaran diri. Melakukan sesuatu dengan terpaksa membuat kita jadi tidak menghargai dan tidak mengasihi bahkan merendahkan kemanusiaan diri kita sendiri alias menjadikan diri kita sejajar dengan kerbau.

Jika kita tidak mau disejajarkan dengan kerbau maka jangan perlakukan orang lain maupun diri kita sendiri seperti layaknya kerbau. Sampai ketemu di artikel selanjutnya…

Ditulis oleh:
Chandra Gunawan, M.Th
(Dosen STT Cipanas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar