Jumat, 02 November 2012

hal 10 Responsum 2012

hal 9 Responsum 2012

hal 8 Responsum 2012

hal 7 Responsum 2012

hal 6 Responsum 2012

hal 5 Responsum

hal 4 Responsum

hal 3 Responsum

Team Responsum

Hal 1 Responsum

Semangat Menatap ke Depan Filipi 3:13 3:13 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, Bagi kita yang pernah berkunjung ke arena sirkus, biasanya di sana akan kita dapati seekor gajah besar yang kakinya terikat pada rantai dengan pasak kecil tertanam dalam tanah. Dengan kekuatannya sekarang, sebetulnya dengan mudah gajah itu bisa mencabut pasak, tetapi ia tidak berani melakukannya. Hal ini disebabkan sewaktu gajah itu masih kecil, oleh pelatihnya kakinya diikat dengan rantai dan pasak yang sama dan ia tidak kuat mencabutnya. Berkali-kali mencoba dan gagal membuat naluri gajah mengatakan bahwa pasak itu sangat kuat. Sehingga saat tumbuh dewasa dan kuat, ia tidak memiliki keinginan untuk mencabut pasak karena trauma masa kecilnya. Hal ini diketahui dari penelitian Dr. Arthur Caliandro dari Marble Collegiate Church, New York City. Hidup kita tidaklah selalu mudah. Ada masa-masa kelam dan menyedihkan yang kadang kita alami dan membuat trauma. Di kala kecil, mungkin teman-teman dan orangtua sering mengatakan kita anak bodoh dan tidak bisa apa-apa sehingga saat dewasa, kita tidak berani mengemukakan pendapat karena takut dianggap bodoh. Saat sekolah, kita malu untuk bertanya dan tidak berani untuk menjawab pertanyaan dari guru. Saat merintis usaha, berkali-kali mencoba, gagal dan selalu merugi sehingga untuk mencoba lagi, karena tidak mempunyai keberanian. Nasib manusia kadang seperti gajah dalam ikatan rantai. Masa lalu yang tinggal sejarah masih terus menghantui pikiran dan membuat banyak orang tidak mempunyai nyali dalam menjalani kehidupan, yang dahulu gagal diraih. Padahal saat ini kita jauh lebih baik dan kuat dibanding dulu. Setiap dari kita mungkin pernah memiliki masa lalu yang menyakitkan. Namun, seberapa pun menyakitkan masa lalu itu, kita tidak akan pernah bisa kembali untuk memperbaikinya. Manusia hanya memiliki hari ini untuk memperbaiki kesalahan dan kegagalan, karena hari esok pun masih misteri. Mari belajar melupakan masa lalu dan mengarahkan pandangan ke depan kepada target yang ingin dicapai. Belajarlah dari teladan Paulus yang melupakan masa lalunya dan mengarahkan pandangan ke depan untuk melayani Kristus. Jangan jadikan masa lalu sebagai batu sandungan yang membuat kita tidak berani melangkah, tetapi jadikan hari ini untuk terus mencoba dan mencoba bangkit kembali meraih cita-cita yang belum tercapai. Meskipun sangat sulit untuk dapat terus bersemangat dalam kehidupan ini, tetapi kuasa daripada Tuhan akan terus menopang kita yang mau memohon kepadanya. Biarlah kegagalan masa lampau dapat dijadikan sebagai batu loncatan yang menciptakan mimpi yang menjadi kenyataan. Semangat dapat memberikan kita kesempatan yang lebih indah lagi. Dengan mau hidup berbagi dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya maka kita dapat tetap semangat. Dengan menatap ke depan, dengan penuh semangat maka banyak hal yang terbuka lebar di depan kita. By: Dian Girsang

Kamis, 01 November 2012